dakwatuna.com – “Tapi aku sama sekali tidak mengenalnya, tidak memiliki perasaan istimewa padanya, lantas bagaimana aku bisa menikah dengannya?”. Kalimat-kalimat itu yang muncul dalam benak seorang insan saat pertimbangan pernikahan datang.
Menikah adalah perkara seumur hidup, ibadah sepanjang usia maka haruslah kita jatuhkan pilihan pada orang yang tepat. Seseorang yang membersamai kita lewati segala musim, ujian juga kebahagiaan. Menapaki tangga demi tangga kehidupan, berlayar di samudra kenyataan yang luas, saling menguatkan lewat genggaman tangan dan keyakinan penuh. Semua berawal dari keputusan, memilihnya sebagai pasangan hidup menjadi patner sejati.
Menikah tanpa perasaan cinta, memang harus begitu bukan? Sebab jika cinta sudah terasa jalari hati, waspada, di sana permainan setan turut serta. Memang siapa dia, apa kepentingannya dalam hidupmu, bagaimana syariah berkata, jika seorang yang belum halal untuk kau genggam perasaannya telah mengisi hatimu?.
Menikah tanpa perasaan cinta, bisa jadi buaian angan semata yang merajuk hatimu mencari seseorang yang kau cintai tanpa hubungan sah, mencari dan terus mencari sampai terjelembab di lubang kenistaan yang telah Allah larang, yakni zina.
Menikah tanpa perasaan cinta, membiarkan hatimu tetap dalam keadaan kosong yang hanya diisi dengan kepercayaan pada Allah, jika perempuan yang baik untuk lelaki yang baik begitu pun sebaliknya. Mengisinya dengan prasangka baik pada Allah lewat pengharapan-pengharapan doa yang pasti Allah dengar, sedangkan cepat atau lambat itu hanyalah perkara waktu yang haqqul yakin Allah mengabulkannya.
Menikah tanpa perasaan cinta, akan terhapuskan setelah kau temukan dia sang pangeran jawaban atas doa-doamu, kondisi dan keadaan setelah menikah yang mewajibkan sepasang suami istri hidup bersama walaupun baru saling mengenal akan membentuk perasaan cinta. Jika sebelum menikah telah miliki perasaan cinta pada pasangan yang tidak diakui KUA apalagi Tuhan itu adalah permainan syaitan yang menjerumuskan, sedangkan buih perasaan cinta yang hadir setelah menikah yakinlah itu kebesaran Allah yang menghantarkan dua insan menuju gerbang kebahagiaan dunia dan akhirat.
Perasaan cinta mampu tumbuh dengan sendirinya, terlebih bagi seorang perempuan, melihat pasangan berakhlak baik pun telah getarkan perasaan-perasaan. Jangan takut menikah tanpa perasaan cinta, jika telah yakin bahwa pasangan yang meminangmu miliki pemahaman yang baik terhadap agama. Pasangan yang baik agamanya, menjadikan kewajiban sebagai landasan tanggung jawabnya. Dan tanggung jawab ialah bukti cintanya. Tanggung jawab bukan hanya di dunia tetapi akhirat.