Kebiasaan tidur siang atau Qailullah dapat meningkatkan konsentrasi dan penghilang kantuk. Kebiasaan ini menjadi rutinitas Rasullullah Muhammad SAW semasa hidup. Dan subhanallah, kebiasaan Rasulullah ini ternyata diterapkan oleh pemerintah Jepang.
“Bahkan ketika zaman penjajahan Hindia Belanda kebiasaan ini telah di lakukan. Saat ini, banyak negara yang mewajibkan pekerjaannya melakukan kebiasaan itu salah satunya Jepang,” kata Pimpinan Lembaga Dakwah Kreatif iHAQi, ustadz Erick Yusuf pada Ahad (10/5/2015).
Pria yang akrab disapa Kang Erick ini menjelaskan, didalam Islam kebiasaan tidur siang sudah dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Ia menjelaskan, pola hidup Rasulullah patut dicontoh sebagai suri tauladan umat Islam. Pola hidup seperti itu telah dibuktikan oleh banyak ilmuan kesehatan pada fungsi-fungsi tubuh manusia.
Kebiasaan tidur siang merujuk pada pola kehidupan Rasul. Dijelaskan dari berbagai hadits, Nabi Muhammad SAW sudah lebih awal tidur setelah menunaikan shalat Isya’. Beliau kembali bangun ketika dini hari untuk menulaikan shalat Qiyamullail (shalat malam atau Tahajud) dilanjut dengan menunaikan shalat subuh.
Selepas itu, beliau tidak tidur melainkan berdzikir hingga matahari mulai menunjukan cahayanya. “Saat itu beliau menunaikan shalat Dhuha untuk mengawali aktifitasnya,” jelasnya.
Ada kebiasaan Rasul dan para sahabatnya usai menunaikan shalat Dzuhur. Mereka beristirahat dan tidur dalam waktu singkat di siang atau Qailullah. “Ternyata fungsi ini adalah untuk melepas kantuk dan meningkatkan konsentrasi,” ujarnya.
Kang Erick mengatakan, tidur Qailullah di zaman Rasul adalah sunnah-nya yang patut dicontoh. Hanya saja, kata dia, waktu tidur hanya berkisah 10 sampai 15 menit. “Jadi bukan tidur seharian ya. Itu salah,” ucapnya.
Tidur Qailullah, kata dia, selain diterapkan semasa penjajahan Hindia-Belanda dan negara-negara di dunia, hal serupa dapat ditemui di Indonesia. “Kebiasaan itu ada di masyarakat daerah Kupang,” ungkap Kang Erick.