Orang tua pekerja harus menyempatkan bertemu anaknya sebelum tidur.
Hal ini untuk menjalin komunikasi dan wujud perhatian dalam keluarga, khususnya bagi anak-anak yang seharian ditinggal orang tuanya bekerja.
Materi ini disampaikan oleh praktisi parenting dari Yayasan Bahana Cita Persada Malang, Evi Ghozali, dalam seminar parenting'Mendidik Anak Dengan Cinta Menjadikan Anak Berakhlak Mulia' di gedung Sasana Budaya Universitas Negeri Malang (UM)Sabtu (12/9/2015).
Acara ini diikuti 800 orang tua siswa TK,SD,MTS dan SMA Surya Buana.
Dikatakan Evi, sebelum tidur merupakan saat yang tepat untuk berkomunikasi dengan anak setelah seharian anak beraktivitas dengan orang lain.
"Sebelum tidur upayakan yang dilihat anak adalah kita orang tuanya, jangan mbaknya (pengasuh) atau neneknya atau orang lain," jelasnya.
Selain mengucapkan selamat tidur, tambahnya, orang tua juga bisa menanyakan kegiatan anaknya sebatas pertanyaan singkat.
Sedangkan apabila sempat terjadi perselisihan atau pertengkaran antar orang tua saat mau tidur merupakan saat yang tepat untuk menyampaikan maaf.
"Ucapkan juga mohon maaf kalau pulang terlambat, tanya perasaan anaknya. Cukup minta maaf di malam hari sebelum tidur, nggak usah terlalu banyak membahas kesalahan anak. Maka saat bangun anak akan tenang hatinya," jelasnya.
Ia pun menjelaskan saat bangun tidur diusahakan suara orang tua yang didengar anak. Namun, bukan kalimat negatif dalam membangunkan anak-anak seperti lelet, lambat, pemalas, dan berbagai kata negatif lain.
"Berdasarkan temuan teman saya, pagi hari biasanya kita ngomong negatif pada anak kita lebih dari 14 kali. Maka akhirnya anak akan percaya kata-kata orang tuanya bahwa dia lelet," paparnya.
Untuk keluarga yang mempunyai anak lebih dari saru, iap un menyarankan pemberian perhatian terpusat dengan mengajak anak-anaknya pergi bergantian.
"Jadi meluangkan waktu buat si sulung saja, nanti ganti lagi sama anak yang lain," jelasnya.
Evi juga menyarankan, mendidik anak dengan cinta bisa dilakukan dengan melakukan tatapan mata dan sentuhan fisik.
Seperti menatap matanya dengan kasih dan menepuk pundaknya serta memberikan perhatian terpusat saat memberikan nasehat.
"Jangan sampai kita membandingkan anak, mengkritik dan mencari kesalahan, serta memberikan kekerasan verbal dan fisik yang salah," tegasnya.