Di antara ketakutan yang paling banyak dialami oleh pemuda yang hendak melangkah menuju kehidupan pernikahan adalah takut menikah karena miskin. Dalam pikiran pendeknya, bagaimana mungkin membiayai istri dan anak-anaknya kelak, sementara hidup sebatang kara saja sudah sedemikian pelik dan menyengsarakan.
Padahal, namanya pikiran pendek, maka ia selamanya tak akan pernah bijak. Apalagi, jika pemuda-pemuda tersebut jauh dari Allah Ta’ala dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Jika demikian, maka menikah akan semakin menakutkan dalam imajinasi mereka.
Bagi kalangan yang jumlahnya kian bertambah ini, semoga tulisan ini bermanfaat. Syaratnya, Anda harus meyakini, dan berusaha mengamalkannya. Jika tidak, tulisan ini hanyalah tulisan yang tak akan banyak pengaruhnya, sebagaimana ilmu yang tak akan bermanfaat sebelum menjadi amal.
Hendaknya mereka membuka mushhaf, kemudian mengarahkan pandangan mata dan hatinya pada salah satu surat mulia di dalamnya. Tak perlu yang panjang, cukupkan dengan yang pendek, asal dihayati makna dan bersungguh-sungguh mengamalkannya. Arahkan pandangan mata dan hati Anda pada surat ke-106 yang terdiri dari 4 ayat pendek-pendek, surat al-Quraisy.
Pertama, jika Anda takut menikah lantaran miskin, atau enggan bersegera menikah karena asumsi semakin miskin setelah menikah sebab penghasilan seorang diri dibagi untuk lebih banyak orang, maka perhatikanlah kebiasaan orang-orang Quraisy.
Lakukanlah perniagaan sebagaimana kebiasaan kaum Quraisy yang berdagang ke Syams dan Yaman pada musim dingin dan panas. Melalui perdagangan itulah, Allah Ta’ala akan membukakan pintu rezeki dari arah yang tak pernah disangka sebelumnya. Dengan berdagang seraya menuntut ilmu, Anda akan semakin yakin bahwa Allah Ta’ala mustahil menelantarkan hamba-hamba-Nya.
Kelak, Anda akan betul-betul memahami bahwa arah datangnya rezeki, jumlahnya, dan caranya, semuanya benar-benar misteri dan tak bisa ditebak. Itulah Kuasa Allah Ta’ala. Dia akan berikan curahan rezeki kepada siapa yang Dikehendaki-Nya, dan menahannya bagi siapa yang Dikehendaki-Nya.
Kedua, sesibuk apa pun perniagaan yang dijalani, janganlah melupakan Anda kepada kewajiban abadi sebagai hamba Allah Ta’ala. Senantiasalah menyembah kepada-Nya dalam munajat-munajat yang disyariatkan. Jangan sekutukan Dia dengan sesuatu pun selain-Nya.
Semakin rajin beribadah akan membuat Anda meyakini Allah Ta’ala setulus hati. Dengannya, Anda tidak akan berburuk sangka kepada-Nya. Anda akan semakin paham, bahwa Dia hanya memberikan yang terbaik, dan mustahil menzalimi hamba-hamba-Nya.
Ibadah ini pula yang menjadi salah satu rem dalam perniagaan yang Anda jalani. Dengan ibadah yang benar, seorang pedagang akan berlaku jujur dan menerapkan segala syariat Islam terkait perdagangan. Alhasil, jika merugi; dia akan bersabar. Dan jika dapatkan untung beruntun, dia akan semakin menunduk dalam-dalam seraya beristighfar sebagai wujud syukurnya kepada Allah Ta’ala.
Ketiga, dengan ibadah pula, Anda akan memahami bahwa Allah Ta’ala-lah yang memberikan makanan untuk menghilangkan lapar dan curahkan keamanan dari rasa takut yang menyergap. Jika sudah demikian, mungkinkah Anda akan merasa khawatir sementara yang menjamin makanan bagi Anda adalah Zat Yang Mahakaya?
Yakinkan hal itu baik-baik. Dan, jangan sekali pun merasa bahwa Anda telah memberi makan kepada anak dan istri kelak. Sebab faktanya, Allah Ta’ala menjamin semua rezeki makhluk-Nya. Jika pun Anda mencari nafkah, penekanannya bahwa hal tersebut adalah kewajiban yang berpahala. Rezeki dan jatah makan anak dan istri, Allah-lah yang mengurus-Nys. Bukan Anda. (keluargacinta)
Padahal, namanya pikiran pendek, maka ia selamanya tak akan pernah bijak. Apalagi, jika pemuda-pemuda tersebut jauh dari Allah Ta’ala dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Jika demikian, maka menikah akan semakin menakutkan dalam imajinasi mereka.
Bagi kalangan yang jumlahnya kian bertambah ini, semoga tulisan ini bermanfaat. Syaratnya, Anda harus meyakini, dan berusaha mengamalkannya. Jika tidak, tulisan ini hanyalah tulisan yang tak akan banyak pengaruhnya, sebagaimana ilmu yang tak akan bermanfaat sebelum menjadi amal.
Hendaknya mereka membuka mushhaf, kemudian mengarahkan pandangan mata dan hatinya pada salah satu surat mulia di dalamnya. Tak perlu yang panjang, cukupkan dengan yang pendek, asal dihayati makna dan bersungguh-sungguh mengamalkannya. Arahkan pandangan mata dan hati Anda pada surat ke-106 yang terdiri dari 4 ayat pendek-pendek, surat al-Quraisy.
Pertama, jika Anda takut menikah lantaran miskin, atau enggan bersegera menikah karena asumsi semakin miskin setelah menikah sebab penghasilan seorang diri dibagi untuk lebih banyak orang, maka perhatikanlah kebiasaan orang-orang Quraisy.
Lakukanlah perniagaan sebagaimana kebiasaan kaum Quraisy yang berdagang ke Syams dan Yaman pada musim dingin dan panas. Melalui perdagangan itulah, Allah Ta’ala akan membukakan pintu rezeki dari arah yang tak pernah disangka sebelumnya. Dengan berdagang seraya menuntut ilmu, Anda akan semakin yakin bahwa Allah Ta’ala mustahil menelantarkan hamba-hamba-Nya.
Kelak, Anda akan betul-betul memahami bahwa arah datangnya rezeki, jumlahnya, dan caranya, semuanya benar-benar misteri dan tak bisa ditebak. Itulah Kuasa Allah Ta’ala. Dia akan berikan curahan rezeki kepada siapa yang Dikehendaki-Nya, dan menahannya bagi siapa yang Dikehendaki-Nya.
Kedua, sesibuk apa pun perniagaan yang dijalani, janganlah melupakan Anda kepada kewajiban abadi sebagai hamba Allah Ta’ala. Senantiasalah menyembah kepada-Nya dalam munajat-munajat yang disyariatkan. Jangan sekutukan Dia dengan sesuatu pun selain-Nya.
Semakin rajin beribadah akan membuat Anda meyakini Allah Ta’ala setulus hati. Dengannya, Anda tidak akan berburuk sangka kepada-Nya. Anda akan semakin paham, bahwa Dia hanya memberikan yang terbaik, dan mustahil menzalimi hamba-hamba-Nya.
Ibadah ini pula yang menjadi salah satu rem dalam perniagaan yang Anda jalani. Dengan ibadah yang benar, seorang pedagang akan berlaku jujur dan menerapkan segala syariat Islam terkait perdagangan. Alhasil, jika merugi; dia akan bersabar. Dan jika dapatkan untung beruntun, dia akan semakin menunduk dalam-dalam seraya beristighfar sebagai wujud syukurnya kepada Allah Ta’ala.
Ketiga, dengan ibadah pula, Anda akan memahami bahwa Allah Ta’ala-lah yang memberikan makanan untuk menghilangkan lapar dan curahkan keamanan dari rasa takut yang menyergap. Jika sudah demikian, mungkinkah Anda akan merasa khawatir sementara yang menjamin makanan bagi Anda adalah Zat Yang Mahakaya?
Yakinkan hal itu baik-baik. Dan, jangan sekali pun merasa bahwa Anda telah memberi makan kepada anak dan istri kelak. Sebab faktanya, Allah Ta’ala menjamin semua rezeki makhluk-Nya. Jika pun Anda mencari nafkah, penekanannya bahwa hal tersebut adalah kewajiban yang berpahala. Rezeki dan jatah makan anak dan istri, Allah-lah yang mengurus-Nys. Bukan Anda. (keluargacinta)
Sumber : muslimahcorner.com